Tuesday, September 2, 2014

Syarat Kalimah Tauhid

  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
  (Bismillahir rohmanir rohim)

Syarat-Syarat  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallah)

1    1.   Al-Ilmu (Mengetahui)

Orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus memahami maknanya. Lawannya adalah al-jahlu (tidak tahu). Orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) dengan lisannya namun ia tidak memahami makna dan kensekuensinya maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya Bukankah orang kafir Quraisy di masa silam lebih mengetahui maknanya dibanding kaum muslimin di masa sekarang? Namun pengetahuan mereka tentang kalimat yang agung ini tidak menjadikan mereka beriman disebabkan mereka tidak mau mengamalkan apa yang mereka ketahui.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

Artinya“ Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat syafaat (pertolongan di akhirat) kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini.” (QS Az-Zukhuf (43) :86).

Maksudnya orang yang bersaksi dengan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Dalil dari As-Sunnah

Hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dari Utsman rodiyallahu anhu, dia menuturkan bahwa Rasulullulah shollallahu Alaihi Wassallam bersabda :

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
 “ Barangsiapa yang meninggal dan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, maka dia akan masuk surga” (HR. Muslim)

2    2. Al-Yaqin (Percaya)

Orang yang mengikrarkan kalimat tauhid  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) harus yakin dengan kandungan kalimat tauhid itu. Manakala ia meragukannya, maka sia-sia belaka persaksian itu. Keyakinan yang akan menghilangkan keraguan pada diri seorang muslim. Artinya, yang mengucapkannya meyakini kebenaran, kandungan, dan konsekuensi kalimat tersebut, dengan keyakinan yang pasti dan bukan dengan zhan (praduga) belaka.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ

Arinya “ Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (Q.S Al-Hujurat (49):15)

Ayat diatas menerangkan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensyaratkan bahwa agar keimanan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan RasulNya dikatakan sebagai iman yang sebenar-benarnya maka mereka harus yakin dalam artian tidak boleh ragu-ragu (dalam beriman). Orang yang ragu-ragu dalam beriman termasuk golongan orang-orang munafik.

Dalil As-Sunnah

Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam bersabda : “Siapa yang engkau temui dibalik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dengan hati yang menyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) surga” (HR. Bukhari). Maka siapa yang hatinya tidak menyakini atau ragu-ragu, ia tidak berhak masuk surga.

      3. Al-Ikhlashh (Rela)

Keikhlasan yang akan memadamkan segala gejolak kesyirikan, kemunafikan, riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar/populer) tatkala mengucapkannya. Karena ikhlas dalam pandangan agama adalah membersihkan amalan dengan niat yang baik dari segala noda-noda kesyirikan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 
Artinya “Ingatlah ! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar” (Q.S Az-Zumar (39):3)
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)” (Q.S Al-Bayyinah (98):5)

Dalil As-Sunnah

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan   لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) dengan ikhlas dari dalam lubuk hatinya (atau dirinya).” (HR.Bukhari) 

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Itban bin Malik dari Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلىَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ

 “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan   لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) karena menginginkan ridha Allah.”  (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

      4. Ash-shhidqu (Jujur)

Kejujuran yang akan menghilangkan sifat dusta. Artinya, orang yang mengucapkan kalimat  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) harus dibenarkan oleh hatinya, karena jika dia mengucapkannya dengan lisan lalu hatinya tidak membenarkan apa yang diucapkan maka dia adalah orang munafiq dan pendusta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ألم, أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِيْنَ
Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengucapkan kami beriman lalu tidak diuji. Dan sungguh Kami telah menguji orangorang sebelum mereka, agar Allah benarbenar mengetahui siapa di antara mereka yang jujur dan siapa yang berdusta.” (Q.S Al-’Ankabut: 1-2)

Artinya “ Diantara manusia ada orang-orang yang mengatakan , ‘kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, ‘padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, namun mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakit mereka; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka telah berdusta.”  (Q.S Al-Baqarah (2) :8-10).

Dalil dari As-Sunnah

Hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Muadz Bin Jabal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda :

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلىَ النَّارِ
“Tidakkah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya dengan sebenar-benarnya dalam hati melainkan Allah mengharamkan masuk neraka.” (HR. Bukhari).

      5. Al-Mahabbah (Kecintaan)

Yaitu kecintaan yang menghilangkan lawannya yang berupa kebencian. Orang yang mengucapkan kalimat tauhid ini harus mencintainya dan mencintai orang-orang yang mencintai kalimat ini. Adapun orang yang tidak mencintainya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya. Artinya cinta terhadap kalimat yang besar ini dengan segala konsekuensinya dan mencintai pula orang yang mengamalkan maknanya beserta syarat-syaratnya, juga membenci para penentangnya.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِيْنَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ


“Dan di antara manusia ada orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (di mana) mereka cinta kepadanya sebagaimana cintanya kepada Allah, sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Orang yang bertauhid akan mencintai Allah dengan kecintaan yang murni. Sebaliknya, orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala namun bersamaan dengan itu juga mencintai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentu hal ini akan menafikan ketauhidannya.

      6. Al-Inqiyad (Patuh)

Ketundukan dan pasrah diri dalam melaksanakan segala konsekuensi kalimat tersebut dengan cara menolak semua jenis kesyirikan yang akan membatalkan ketauhidan. Yaitu berserah diri dan patuh dengan perbuatan atas peribadatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.  Lawannya adalah berpaling dan meninggalkan. Orang yang mengucapkan kalimat tauhid namun tidak tunduk dan patuh dengan hukum-hukum Allah dan syariat-Nya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
“Dan barangsiapa yang memasrahkan wajahnya kepada Allah dan dia dalam berbuat baik, maka sugguh dia telah berpegang dengan tali yang kokoh.” (Luqman: 22)

Artinya “ Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum dating azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.” (Q.S Az-Zumar (39): 54)

      7. Al-Qabul (Menerima)

Yaitu dengan menampakkan kebenaran kalimat tauhid dengan perkataan. Lawannya adalah menolak. Orang yang mengucapkan kalimat ini tidak boleh menolak sedikit pun dari hukum-hukum Allah. Sebaliknya, ia wajib menerima kandungan makna kalimat tauhid dengan baik. Artinya menerima kalimat tersebut dan kandungannya, dengan lisan dan hatinya, beserta segala konsekuensinya dengan menghilangkan sikap penolakan apa yang dituntut oleh kalimat tauhid tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُوْنٍ

"Sesungguhnya mereka jika diserukan untuk mengucapkan kalimat  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) mereka menyombongkan diri. Dan mereka seraya berkata: Bagaimana kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami karena (seruan) seorang yang gila.” (Ash-Shaffat: 35-36)

Demikian syarat-syarat menegakkan kalimat tauhid  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Hanya Allah tempat tujuan kami, semoga Allah menjadikan tulisan ini sebagai ibadah. Amin, Ya Robbal Alamin...

No comments:

 
Blogger Templates