: بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Falaq (Waktu Shubuh). Surah Makkiyyah; Surah ke 113: 5 ayat
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
2. Dari kejahatan makhluk-Nya,
3. Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
2. Dari kejahatan makhluk-Nya,
3. Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
Ibnu Hatim meriwayatkan dari Jabir, dia
mengatakan: “Al-Falaq berarti waktu shubuh. Yaitu demikian itu seperti
firman-Nya yang lain: faaliqul ashbaah (Dia menyingsingkan pagi).
Firman Allah Ta’ala: ming syarri maa
kholaq (dari kejahatan makhluk-Nya). Yakni dari kejahatan semua makhluk.
Wa ming syarri ghoosiqin idzaa waqab (dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita). Mujahid mengatakan: “Kejahatan malam jika telah
gelap gulita, yaitu saat matahari telah terbenam.” Diriwayatkan oleh
al-Bukhari darinya. Demikian pula yang diriwayatkan Ibnu Abi Najih
darinya. Dan seperti itu juga Ibnu ‘Abbas, Muhammad bin Ka’ab
al-Qurazhi, adl-Dlahhak, Khashif, al-Hasan, dan Qatadah mengatakan:
“Sesungguhnya ia adalah waktu malam jika telah datang gelapnya.” Ibnu
Jarir dan juga yang lainnya mengatakan: “Yaitu bulan”
Dapat saya katakan, dan pijakan
orang-orang yang berpegang pada pendapat tersebut adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad; Abu Dawud al-Hafri memberi tahu kami, dari
Ibnu Dzi’b, dari al-Harits bin Abi Salamah, dia berkata: “’Aisyah
berkata: ‘Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam pernah memegang tanganku dan memperlihatkan
bulan kepadaku pada saat terbit dan beliau bersabda: ta’awwadzii
billaahi ming syarri haadzal ghaasiqi idzaa waqab (berlindunglah kepada
Allah dari kejahatan bulan ini jika terbenam).
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan
an-Nasa-i di dalam kedua kitab tafsir dan Sunan keduanya. At-Tirmidzi
mengatakan: “Hadits hasan shahih.” Dan lafazhnya sebagai berikut:
ta’awwadzii billaahi ming syarri haadzaa, fa-inna haadzal ghaasiqa idzaa
waqaba (berlindunglah kepada Allah dari kejahatan ini, karena
sesungguhnya ini adalah bulan jika terbenam).
Sedangkan lafazh an-Nasa-i berbunyi: ta’awwadzii billaahi ming syarri haadzaa, fa-inna haadzal ghaasiqa idzaa
waqaba (berlindunglah kepada Allah dari kejahatan ini, karena
sesungguhnya ini adalah bulan jika terbenam).
Pemegang pendapat pertama menyatakan bahwa
bulan merupakan satu tanda malam jika telah masuk. Dan itu tidak
bertentangan dengan pendapat kami, karena bulan merupakan tanda malam
dan tidak memiliki kekuasaan kecuali pada malam hari. Demikian juga
bintang-bintang yang tidak akan bersinar kecuali pada malam hari, dan ia
kembali kepada apa yang telah kami kemukakan. Wallaahu a’lam.
Dan firman Allah Ta’ala: waming syarrin
naf-faa-tsaati fil’uqad (dan dari kejahatan wanita tukang sihir yang
menghembuskan pada buhul-buhul). Muhahid, ‘Ikrimah, al-Hasan, Qatadah,
dan adl-Dlahhak mengatakan: “Yakni tukang sihir.” Mujahid mengatakan:
“Yaitu ketika wanita-wanita itu membaca mantra dan menghembuskan pada
buhul.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dia
berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih dekat dengan kemusyrikan melebihi
jampi ular dan orang gila.”
Di dalam hadits lain disebutkan bahwa
Jibril pernah datang kepada Nabi sholallahu 'alaihi wasallam, lalu bertanya: “Apakah engkau
merasa sakit hai Muhammad?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu Jibril
mengucapkan: bismillaahi arqiika ming kulli daa-in yu’dziika wa ming
syarri haasidin wa ‘ainin, allaahu yasyfiik (dengan nama Allah, aku
meruqyahmu dari setiap penyakit yang mengganggumu dan dari kejahatan
setiap orang yang dengki dan mata yang hasad. Dan Allah akan
menyembuhkanmu).
Mungkin yang demikian itu akibat keluhan
yang dirasakan oleh Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam. Ketika beliau terkena sihir, Allah
Ta’ala dengan segera menyehatkan dan menyembuhkan beliau serta menyerang
balik tipu muslihat para penyihir yang dengki dari kalangan orang-orang
Yahudi kepada tokoh-tokoh mereka semua. Dan Dia jadikan kehancuran
mereka melalui perbuatan mereka itu sekaligus mempermalukan mereka.
Tetapi dengan demikian, Rasulullah saw. tidak bersikap buruk terhadap
orang tersebut suatu waktu, tetapi cukuplah Allah yang menjadi
pelindung, menyembuhkan sekaligus menyehatkan.
Imam al-Bukhari meriwayatkan di dalam
kitab ath-Thibb dalam Shahih-nya, dari ‘Aisyah, dia berkata: “Rasulullahsholallahu 'alaihi wasallam pernah kena disihir, dimana beliau melihat seakan-akan mendatangi
beberapa orang istri padahal beliau tidak mendatangi mereka. Sufyan
mengatakan: ‘Ini merupakan sihir yang paling parah, jika keadaannya
seperti itu.’ Kemudian Beliau bersabda: ‘Wahai ‘Aisyah, tahukah engkau
bahwa Allah telah memfatwakan kepadaku mengenai sesuatu yang dulu engkau
pernah meminta fatwa tentangnya? Aku telah didatangi oleh dua orang
[malaikat], lalu salah seorang di antaranya duduk di dekat kepalaku dan
yang lainnya dekat kakiku. Kemudian yang duduk dekat kepalaku berkata:
‘Apa yang dialami oleh orang ini?’ Yang lainnya menjawab: ‘Dia terkena
sihir.’ ‘Lalu siapa yang menyihirnya?’ tanyanya lebih lenjut. Dia
menjawab: ‘Labid bin A’sham, seorang dari Bani Zuraiq, sekutu Yahudi,
yang dia seorang munafik.’ Dia bertanya: ‘Dalam wujud apa sihir itu?’
Dia menjawab: ‘Pada sisir dan bekas rontokan rambut.’ ‘Lalu dimana
semuanya itu berada?’ tanya temannya. Dia menjawab: ‘Di kulit mayang
kurma jantan di bawah dasar sumur Dzarwan.’” ‘Aisyah berkata melanjutkan
perkataannya: “Kemudian Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam mendatangi sumur itu dan
mengeluarkan sihir tersebut. Selanjutnya beliau bersabda: ‘Wahai
‘Aisyah, inilah sumur yang pernah diperlihatkan kepadaku, seakan-akan
airnya adalah celupan pacar, dan pohon kurmanya seperti kepala
syaitan.’” Dan perawi hadits ini berkata: “Kemudian beliau
mengeluarkannya.” Dan diriwayatkan pula oleh Muslim.
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
No comments:
Post a Comment