بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)
(Bismillahir rohmanir rohim)
Dzikir merambah aspek yang luas dalam diri insan. Karena dengan
dzikir, seseorang pada hakekatnya sedang berhubungan dengan Allah.
Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati setiap mu’min, yang jika
dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi kuburan. Dzikir juga
diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negeri; yang tanpa dzikir,
seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya. Dzikir juga
merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak jalanan.
Dzikirpun merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran api yang
membakar dan membumi hanguskan rumah insan. Demikianlah diungkapkan
dalam "Tahdzib Madarijis Salikin".
Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam juga pernah menggambarkan perumpamaan orang yang
berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup, sementara orang yang
tidak berdzikir kepada Allah sebagai orang yang mati:
عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ،
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الذِّي
يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالذِّي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ
وَالْمَيِّتِ
"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak
berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati." (HR. Bukhari)
Bahkan dalam riwayat lain, Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam juga mengumpamakannya
dengan rumah. Rumah orang yang berdzikir kepada Allah adalah rumah
manusia hidup, dan rumah orang yang tidak berdzikir adalah seperti rumah
orang mati, atau kuburan.
Seorang mu’min yang senantiasa mengajak orang lain untuk kembali
kepada Allah, akan sangat memerlukan porsi dzikrullah yang melebihi
daripada porsi seorang muslim biasa. Karena pada hakekatnya, ia ingin
kembali menghidupkan hati mereka yang telah mati. Namun bagaimana
mungkin ia dapat mengemban amanah tersebut, manakala hatinya sendiri
redup remang-remang, atau bahkan juga turut mati dan porak poranda.
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
No comments:
Post a Comment