بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)
(Bismillahir rohmanir rohim)
Tinggallah sekarang memahami bagaimana dzikir yang benar. Dzikir yang
benar adalah dzikir yang ikhlas hanya mengharapkan ridho Allah semata.
Bahkan keikhlasan ini juga sampai pada derajat, tidak boleh
meninggalkannya karena takut riya’. Karena meninggalkan pekerjaan karena
takut riya’ adalah riya’, sebagaimana dikemukakan Fudhail bin Iyadh:
قَالَ الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، "تَرْكُ الْعَمَلَ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ لأَجْلِ
النَّاسِ شِرْكُ، وَاْلإِخْلاَصُ أَنْ يُعَافِيْكَ اللهُ مِنْهُمَا
Fudahil bin Iyadh mengatakan, "Meninggalkan amalan karena manusia
adalah riya’, dan beramal karena manusia adalah syirik. Adapun ikhlas
adalah Allah melepaskanmu dari kedua hal di atas.
Selain keikhlasan, tentu saja dibutuhkan kesesuaian dengan tuntunan
yang diajarkan Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam. Doa dan dzikir yang ma’tsur lebih utama
dari doa yang tidak ma’tsur. Meskipun demikian, segala bentuk dzikir
yang memuji Allah, memohon ampunannya atau bentuk-bentuk lainnya adalah
dapat dilakukan, kendatipun tidak menggunakan lafal bahasa Arab
sekalipun. Hal yang terpenting adalah agar senantiasa berdzikir dalam
segala waktu dan kondisi. Di rumah, di masjid, di kendaraan, di jalanan,
di tempat kerja, terlebih-lebih di medan da’wah.
Dua hal di atas merupakan hal yang paling pokok dalam melakukan
dzikir. Dalam Al-Adzkar, Imam Nawawi menyarankan agar orang yang
seyogyanya memperhatikan adab-adab dalam melakukan dzikir. Terutama
ketika seseorang sedang berada dalam rumahnya, atau di suatu tempat yang
layak. Diantara adab-adab tersebut adalah: hendaknya menghadap kiblat,
posisi duduk yang menggambarkan kekhusyu’an dan ketakutan kepada Allah,
menundukkan kepala, kemudian tempat yang digunakan untuk berdzikir
hendaknya bersih dan sunyi, lebih afdhal juga jika seseorang dalam
keadaan suci. Adapun jika berada pada suasana diluar masjid dan rumah,
maka paling tidak keikhlasan, dan ketundukkan diri pada Allah subhanahu wa ta'ala.
Dzikir adalah suatu hal yang paling indah dalam kehidupan fana ini.
Oleh karenanya, sesungguhnya tidak ada alasan apapun, yang membolehkan
seorang muslim meninggalkan dzikir. Justru semakin seorang muslim
tenggelam dalam kelezatan dzikir, semakin pula ia rindu dan rindu pada
Dzat yang di sebutnya dalam dzikirnya. Dan jika seorang hamba rindu pada
Kholiqnya, maka Sang Kholiq pun akan rindu padanya. Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam
mengatakan, "barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka
Allahpun merindukan pertemuan dengan-Nya… Ya Allah, jadikanlah kami
sebagai hamba-hamba-Mu yang senantiasa Engkau rindukan… Amiiin. Ya Robbal 'Alamin.
Demikian semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
No comments:
Post a Comment