Thursday, September 25, 2014

Ayat Kursi 16

  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)

Ayat Kursi (bahasa Arabآية الكرسى ʾāyatul kursī) atau Ayat Singgasana adalah ayat ke-255 dari Surah Al-Baqarah. Ayat ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab sebagai ayat paling agung dalam Al Qur'an. Isinya tentang keesaan Tuhan serta kekuasaan Tuhan yang mutlak atas segala sesuatu dan bahwa Ia tidak kesulitan sedikitpun dalam memeliharanya.

Orang yang membacanya tidak akan didekati setan; begitu pula obyek yang padanya dibacakan Ayat Kursi.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits berikut:

Pertama 
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.:
Bahwasanya dia (Abu Ayyub) memiliki rak di luar rumah yang digunakan untuk menyimpan kurma. Satu ketika datanglah sesosok jin lalu mengambil (mencuri) sebagian dari kurma tersebut. Selanjutnya dia melaporkan kasus tersebut kepada Nabi saw.. Nabi saw. berkata: “Silahkan pulang, lalu jika engkau melihatnya datang kembali, katakanlah kepadanya: ‘Bismillaah, sambutlah seruan Rasulullah saw..’” Abu Ayyub lalu berhasil menangkapnya, namun sosok jin tersebut lalu bersumpah untuk tidak mengulangi perbuatannya, sehingga Abu Ayyub pun melepaskannya. Ketika menghadap Nabi saw. kembali, Nabi lalu bertanya: “Bagaimana dengan tawananmu?” Abu Ayyub menjawab: “Dia bersumpah untuk tidak mengulangi perbuatannya.” Nabi saw. berkata: “Dia itu dusta dan pasti akan mengulangi kedustaannya.” Selanjutnya, Abu Ayyub berhasil menangkapnya lagi lalu berkata kepada sosok jin tersebut: “Aku tak akan melepaskanmu hingga membawamu ke hadapan Nabi saw..” Sosok jin itu lalu berkata: “Aku akan memberitahukan sesuatu kepadamu, yakni tentang Ayat Kursi. Bacalah olehmu ayat tersebut di rumahmu, niscaya setan dan gangguan lain tak akan mendekatimu.” Ketika Abu Ayyub menghadap Nabi saw. kembali, Nabi bertanya: “Bagaimana dengan tawananmu?” Setelah Abu Ayyub menceritakan apa yang dikatakan sosok jin tersebut, Nabi saw. bersabda: “Kali ini dia berkata benar, meski dia itu biasanya bertabiat pendusta.” (HR. Tirmidzi dalam Sunannya [2805], Hadits hasan gharib)

Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa sosok jin tersebut berkata:
“Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahumu tentang kalimat dzikir yang jika engkau membacanya, niscaya sesuatu (gangguan setan) tidak akan mendekatimu, yakni Ayat Kursi.” Ketika Abu Ayyub menghadap Nabi saw. dan memberitahukan hal tersebut, Nabi saw. lalu bersabda: “Kali ini dia berkata benar, meski dia itu biasanya bertabiat pendusta.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya [22488])

Dalam riwayat lainnya lagi disebutkan bahwa sosok jin tersebut berkata:
“Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahumu tentang satu ayat dari Kitabullah yang jika engkau membacakannya pada harta atau anak, maka setan tidak akan mendekati (harta atau anak)mu buat selamanya.” Aku (Abu Ayyub) berkata: “Ayat mana yang dimaksud?” Sosok jin tersebut menjawab: “Aku tidak sanggup membacanya. Ayat tersebut adalah Ayat Kursi.” (At-Targhib Wat Tarhib [1/237/899])

Kedua
     
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Ubay bin Ka‘b bahwa ayahnya (Ubay bin Ka‘b) :
Menceritakan kepadanya bahwa keluarga mereka memiliki kurma yang disimpan di tempat pengeringannya, yang mana setelah diamati ternyata kurma tersebut mengalami pengurangan dari kondisi semula. Dia (Ubay bin Ka‘b) pun lalu melakukan ronda di satu malam. Syahdan, ternyata di malam itu datanglah sesosok hewan yang menyerupai remaja yang sudah berusia baligh. Ubay berkisah: “Ketika aku berucap salam, ternyata dia menjawabnya. Aku lantas bertanya: ‘Kamu ini termasuk golongan jin atau manusia?’ Dia menjawab: ‘Jin.’ Aku berkata: ‘Coba ulurkan tanganmu.’

Ketika kulihat tangannya seperti tangan anjing dan bulunya juga seperti bulu anjing, aku lalu berkata: ‘Oh, beginilah ternyata rupa fisik jin itu.’ Dia lalu berkata: ‘Sungguh kalangan bangsa jin tahu bahwa di antara mereka tidak ada jin yang rupa fisiknya lebih buruk dari aku.’ Aku bertanya: ‘Lantas apa yang mendorongmu berbuat sebagaimana yang kau perbuat ini?’ Ia menjawab: ‘Aku mendengar bahwa engkau adalah seorang yang suka bersedekah. Karenanya, aku ingin mendapat bagian dari bahan pangan yang engkau miliki.’ Aku (Ubay) lalu bertanya kepadanya:

‘Apa yang bisa menjadi sebab dilindunginya kami dari gangguan kalian (bangsa jin)?’ Dia menjawab: ‘Ayat ini, Ayat Kursi.’ Akupun lalu membiarkan jin tersebut.” Ibnu Ubay bin Ka‘b berkata: “Di pagi harinya ayahku menghadap Rasulullah saw. dan menceritakan hal tersebut kepada beliau. Rasulullah saw. bersabda: ‘Si buruk rupa itu telah berkata benar.’” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya [3/63-64/784] dan Nasa’i dalam As-Sunanul Kubra [6/239/10796]. Lafazh yang ditulis di sini adalah lafazh Ibnu Hibban)

Menurut Abu Hatim, nama Ibnu Ubay bin Ka‘b (putra Ubay bin Ka‘b) tersebut adalah Thufail bin Ubay bin Ka‘ab.

Maksud kata-kata “Si buruk rupa itu telah berkata benar” adalah apa yang dikatakan jin atau setan bahwa dengan membaca Ayat Kursi, maka seseorang akan terjaga dari gangguan mereka adalah benar adanya; sebab hal tersebut dibenarkan oleh Nabi saw.. Andaikata Nabi saw. tidak membenarkannya, maka omongan jin atau setan yang seperti itu tentu tak bisa dianggap sebagai sesuatu yang benar; sebab setan itu memiliki tabiat suka berdusta sebagaimana dijelaskan dalam Hadits lainnya. 

Dalam riwayat Hakim disebutkan adanya lafazh:
“.... Jika engkau membacanya di pagi hari, maka engkau akan terjaga dari gangguan kami (setan atau jin) hingga tiba sore hari. Dan jika engkau membacanya di sore hari maka engkau akan terjaga dari gangguan kami (setan atau jin) hingga tiba pagi hari....” (HR. Hakim dalam Al-Mustadrak [1/749/2064], dia berkata: “Ini Hadits shahihul isnad.”)

Ketiga

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. :
Bahwa dia pernah mendapat tugas menjaga barang (bahan pangan) zakat. Ternyata dia lalu melihat ada bekas telapak tangan, sepertinya pelakunya telah mengambil (mencuri) sebagian darinya. Abu Hurairah lalu melaporkan hal tersebut kepada Nabi saw.. Nabi saw. berkata: “Engkau ingin menangkapnya? Bacalah olehmu: ‘Subhaana man sakhkhoroka li muhammadin shollalloohu ‘alaihi wa sallam (Maha Suci Dzat yang menundukkanmu (jin) untuk Muhammad saw.).’”

 Abu Hurairah berkata: “Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika sudah berhadapan dengannya (jin). Aku lalu menangkapnya dan hendak membawanya ke hadapan Nabi saw.. Namun dia berkilah: ‘Sungguh, tiada lain engkau telah menangkap anggota keluarga yang sangat miskin dari kalangan jin. (Tegakah engkau melakukannya?) Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini.’

Di kemudian hari ternyata dia mengulangi perbuatannya, maka akupun mengadukannya kepada Nabi saw.. Beliau kembali bertanya: ‘Engkau ingin menangkapnya?’ Aku berkata: ‘Ya, tentu.’ Beliau berkata: ‘Bacalah olehmu: Subhaana man sakhkhoroka li muhammadin shollalloohu ‘alaihi wa sallam.’ Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika sudah berhadapan dengannya. Selanjutnya, aku hendak membawanya ke hadapan kepada Nabi saw.. Namun dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

Ketika aku melepaskannya, ternyata dia mengulangi perbuatannya untuk kali ketiga, maka akupun mengadukannya kembali kepada Nabi saw.. Beliau bertanya: ‘Engkau ingin menangkapnya?’ Aku berkata: ‘Ya, tentu.’ Beliau berkata: ‘Bacalah olehmu: Subhaanal ladzii sakhkhoroka bi muhammadin shollalloohu ‘alaihi wa sallam.’

Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika sudah berhadapan dengannya. Selanjutnya, aku katakan kepadanya: ‘Kamu telah berjanji kepadaku namun engkau dusta. Sungguh, kini aku benar-benar akan menyeretmu ke hadapan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam ..’ Namun dia berkata: ‘Tolong lepaskan aku. Sebagai kompensasinya, aku akan memberitahumu beberapa kalimat yang jika engkau baca, niscaya semua jin baik yang laki-laki maupun yang wanita tidak akan mendekatimu.’ Aku tanyakan kepadanya: ‘Apa kalimat-kalimat itu?’ Dia menjawab: ‘Ayat Kursi. Silahkan engkau membacanya di setiap pagi dan sore.’” Abu Hurairah berkata: ‘Aku pun lalu melepaskannya dan selanjutnya aku ceritakan hal ini kepada Nabi saw.. Beliau bersabda: ‘Belumkah engkau tahu bahwa hal itu benar adanya?’”  (HR. Nasa’i dalam As-Sunanul Kubra [6/237/10794] dan Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah [1/531-532/958])

Keempat

Hadits yang diriwayatkan dari Mu‘adz bin Jabal :
Bahwa ia pernah mendengar derap suara (yang mengganggunya) lalu berhasil menangkap pelakunya. Mu‘adz lalu berkata kepadanya: “Siapa kamu ini?!” Dia menjawab: “Aku adalah setan.” Mu‘adz berkata lagi: “Kalau begitu, ayo kubawa kau ke hadapan Rasulullah saw..” Dia berkata: “Tolong lepaskan saja aku; aku tak akan mengulangi perbuatanku ini.” Mu‘adz pun lalu melepaskannya. Di pagi harinya saat Mu‘adz menghadap Nabi saw., Nabi bertanya: “Wahai Mu‘adz, bagaimana dengan tawananmu tadi malam?” Mu‘adz menjawab: “Aku telah melepaskannya.”

Selanjutnya, di malam keduanya ketika Mu‘adz kembali merasakan gangguannya dan berhasil menangkapnya, setan tersebut kembali minta dilepaskan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, sehingga Mu‘adz pun lalu melepaskannya. Di malam ketiganya, ketika Mu‘adz kembali merasakan gangguannya dan berhasil menangkapnya, setan tersebut kembali minta dilepaskan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. 

Namun kali ini Mu‘adz enggan melepaskannya. Setan tersebut lalu berkata: “Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahukan kepadamu tentang 1 ayat yang jika engkau membacanya, niscaya kami (kalangan setan) tidak akan mendekati tempat yang kau bacakan ayat tersebut padanya.” Setan tersebut lalu memberitahukan bahwa ayat yang dimaksud adalah Ayat Kursi. Di pagi harinya ketika Mu‘adz menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah saw., beliau lalu bersabda: “Dia (setan) kali ini telah berkata benar meski dia itu biasanya bertabiat pendusta.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu‘jamul Kabir [20/101/197])

Demikian semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

No comments:

 
Blogger Templates