بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir rohmanir rohim)
(Bismillahir rohmanir rohim)
Ayat Kursi (bahasa Arab: آية الكرسى ʾāyatul kursī) atau Ayat Singgasana adalah ayat ke-255 dari Surah Al-Baqarah. Ayat ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab sebagai ayat paling agung dalam Al Qur'an. Isinya tentang keesaan Tuhan serta kekuasaan Tuhan yang mutlak atas segala sesuatu dan bahwa Ia tidak kesulitan sedikitpun dalam memeliharanya.
Orang yang membacanya tidak akan didekati setan; begitu pula obyek yang padanya dibacakan Ayat Kursi.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits berikut:
Pertama
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.:
Bahwasanya dia (Abu Ayyub) memiliki rak di luar rumah yang digunakan
untuk menyimpan kurma. Satu ketika datanglah sesosok jin lalu mengambil
(mencuri) sebagian dari kurma tersebut. Selanjutnya dia melaporkan kasus
tersebut kepada Nabi saw.. Nabi saw. berkata: “Silahkan pulang, lalu
jika engkau melihatnya datang kembali, katakanlah kepadanya:
‘Bismillaah, sambutlah seruan Rasulullah saw..’” Abu Ayyub lalu berhasil
menangkapnya, namun sosok jin tersebut lalu bersumpah untuk tidak
mengulangi perbuatannya, sehingga Abu Ayyub pun melepaskannya. Ketika
menghadap Nabi saw. kembali, Nabi lalu bertanya: “Bagaimana dengan
tawananmu?” Abu Ayyub menjawab: “Dia bersumpah untuk tidak mengulangi
perbuatannya.” Nabi saw. berkata: “Dia itu dusta dan pasti akan
mengulangi kedustaannya.” Selanjutnya, Abu Ayyub berhasil menangkapnya
lagi lalu berkata kepada sosok jin tersebut: “Aku tak akan melepaskanmu
hingga membawamu ke hadapan Nabi saw..” Sosok jin itu lalu berkata: “Aku
akan memberitahukan sesuatu kepadamu, yakni tentang Ayat Kursi. Bacalah
olehmu ayat tersebut di rumahmu, niscaya setan dan gangguan lain tak
akan mendekatimu.” Ketika Abu Ayyub menghadap Nabi saw. kembali, Nabi
bertanya: “Bagaimana dengan tawananmu?” Setelah Abu Ayyub menceritakan
apa yang dikatakan sosok jin tersebut, Nabi saw. bersabda: “Kali ini dia
berkata benar, meski dia itu biasanya bertabiat pendusta.” (HR.
Tirmidzi dalam Sunannya [2805], Hadits hasan gharib)
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa sosok jin tersebut berkata:
“Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahumu
tentang kalimat dzikir yang jika engkau membacanya, niscaya sesuatu
(gangguan setan) tidak akan mendekatimu, yakni Ayat Kursi.” Ketika Abu
Ayyub menghadap Nabi saw. dan memberitahukan hal tersebut, Nabi saw.
lalu bersabda: “Kali ini dia berkata benar, meski dia itu biasanya
bertabiat pendusta.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya [22488])
Dalam riwayat lainnya lagi disebutkan bahwa sosok jin tersebut berkata:
“Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahumu
tentang satu ayat dari Kitabullah yang jika engkau membacakannya pada
harta atau anak, maka setan tidak akan mendekati (harta atau anak)mu
buat selamanya.” Aku (Abu Ayyub) berkata: “Ayat mana yang dimaksud?”
Sosok jin tersebut menjawab: “Aku tidak sanggup membacanya. Ayat
tersebut adalah Ayat Kursi.” (At-Targhib Wat Tarhib [1/237/899])
Kedua
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Ubay bin Ka‘b bahwa
ayahnya (Ubay bin Ka‘b) :
Menceritakan kepadanya bahwa keluarga mereka
memiliki kurma yang disimpan di tempat pengeringannya, yang mana setelah
diamati ternyata kurma tersebut mengalami pengurangan dari kondisi
semula. Dia (Ubay bin Ka‘b) pun lalu melakukan ronda di satu malam.
Syahdan, ternyata di malam itu datanglah sesosok hewan yang menyerupai
remaja yang sudah berusia baligh. Ubay berkisah: “Ketika aku berucap
salam, ternyata dia menjawabnya. Aku lantas bertanya: ‘Kamu ini termasuk
golongan jin atau manusia?’ Dia menjawab: ‘Jin.’ Aku berkata: ‘Coba
ulurkan tanganmu.’
Ketika kulihat tangannya seperti tangan anjing dan bulunya juga
seperti bulu anjing, aku lalu berkata: ‘Oh, beginilah ternyata rupa
fisik jin itu.’ Dia lalu berkata: ‘Sungguh kalangan bangsa jin tahu
bahwa di antara mereka tidak ada jin yang rupa fisiknya lebih buruk dari
aku.’ Aku bertanya: ‘Lantas apa yang mendorongmu berbuat sebagaimana
yang kau perbuat ini?’ Ia menjawab: ‘Aku mendengar bahwa engkau adalah
seorang yang suka bersedekah. Karenanya, aku ingin mendapat bagian dari
bahan pangan yang engkau miliki.’ Aku (Ubay) lalu bertanya kepadanya:
‘Apa yang bisa menjadi sebab dilindunginya kami dari gangguan kalian
(bangsa jin)?’ Dia menjawab: ‘Ayat ini, Ayat Kursi.’ Akupun lalu
membiarkan jin tersebut.” Ibnu Ubay bin Ka‘b berkata: “Di pagi harinya
ayahku menghadap Rasulullah saw. dan menceritakan hal tersebut kepada
beliau. Rasulullah saw. bersabda: ‘Si buruk rupa itu telah berkata
benar.’” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya [3/63-64/784] dan Nasa’i dalam
As-Sunanul Kubra [6/239/10796]. Lafazh yang ditulis di sini adalah
lafazh Ibnu Hibban)
Menurut Abu Hatim, nama Ibnu Ubay bin Ka‘b (putra Ubay bin Ka‘b) tersebut adalah Thufail bin Ubay bin Ka‘ab.
Maksud kata-kata “Si buruk rupa itu telah berkata benar” adalah apa
yang dikatakan jin atau setan bahwa dengan membaca Ayat Kursi, maka
seseorang akan terjaga dari gangguan mereka adalah benar adanya; sebab
hal tersebut dibenarkan oleh Nabi saw.. Andaikata Nabi saw. tidak
membenarkannya, maka omongan jin atau setan yang seperti itu tentu tak
bisa dianggap sebagai sesuatu yang benar; sebab setan itu memiliki
tabiat suka berdusta sebagaimana dijelaskan dalam Hadits lainnya.
Dalam riwayat Hakim disebutkan adanya lafazh:
“.... Jika engkau membacanya di pagi hari, maka engkau akan terjaga dari
gangguan kami (setan atau jin) hingga tiba sore hari. Dan jika engkau
membacanya di sore hari maka engkau akan terjaga dari gangguan kami
(setan atau jin) hingga tiba pagi hari....” (HR. Hakim dalam
Al-Mustadrak [1/749/2064], dia berkata: “Ini Hadits shahihul isnad.”)
Ketiga
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. :
Bahwa
dia pernah mendapat tugas menjaga barang (bahan pangan) zakat. Ternyata
dia lalu melihat ada bekas telapak tangan, sepertinya pelakunya telah
mengambil (mencuri) sebagian darinya. Abu Hurairah lalu melaporkan hal
tersebut kepada Nabi saw.. Nabi saw. berkata: “Engkau ingin
menangkapnya? Bacalah olehmu: ‘Subhaana man sakhkhoroka li muhammadin
shollalloohu ‘alaihi wa sallam (Maha Suci Dzat yang menundukkanmu (jin)
untuk Muhammad saw.).’”
Abu Hurairah berkata: “Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika
sudah berhadapan dengannya (jin). Aku lalu menangkapnya dan hendak
membawanya ke hadapan Nabi saw.. Namun dia berkilah: ‘Sungguh, tiada
lain engkau telah menangkap anggota keluarga yang sangat miskin dari
kalangan jin. (Tegakah engkau melakukannya?) Aku berjanji tidak akan
mengulangi perbuatan ini.’
Di kemudian hari ternyata dia mengulangi perbuatannya, maka akupun
mengadukannya kepada Nabi saw.. Beliau kembali bertanya: ‘Engkau ingin
menangkapnya?’ Aku berkata: ‘Ya, tentu.’ Beliau berkata: ‘Bacalah
olehmu: Subhaana man sakhkhoroka li muhammadin shollalloohu ‘alaihi wa
sallam.’ Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika sudah berhadapan
dengannya. Selanjutnya, aku hendak membawanya ke hadapan kepada Nabi
saw.. Namun dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
Ketika aku melepaskannya, ternyata dia mengulangi perbuatannya untuk
kali ketiga, maka akupun mengadukannya kembali kepada Nabi saw.. Beliau
bertanya: ‘Engkau ingin menangkapnya?’ Aku berkata: ‘Ya, tentu.’ Beliau
berkata: ‘Bacalah olehmu: Subhaanal ladzii sakhkhoroka bi muhammadin
shollalloohu ‘alaihi wa sallam.’
Aku pun lalu membaca kalimat tersebut ketika sudah berhadapan
dengannya. Selanjutnya, aku katakan kepadanya: ‘Kamu telah berjanji
kepadaku namun engkau dusta. Sungguh, kini aku benar-benar akan
menyeretmu ke hadapan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam ..’ Namun dia berkata: ‘Tolong lepaskan aku. Sebagai kompensasinya, aku akan memberitahumu
beberapa kalimat yang jika engkau baca, niscaya semua jin baik yang
laki-laki maupun yang wanita tidak akan mendekatimu.’ Aku tanyakan
kepadanya: ‘Apa kalimat-kalimat itu?’ Dia menjawab: ‘Ayat Kursi.
Silahkan engkau membacanya di setiap pagi dan sore.’” Abu Hurairah
berkata: ‘Aku pun lalu melepaskannya dan selanjutnya aku ceritakan hal
ini kepada Nabi saw.. Beliau bersabda: ‘Belumkah engkau tahu bahwa hal
itu benar adanya?’” (HR. Nasa’i dalam As-Sunanul Kubra [6/237/10794] dan
Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah [1/531-532/958])
Keempat
Hadits yang diriwayatkan dari Mu‘adz bin Jabal :
Bahwa ia pernah mendengar derap suara (yang mengganggunya)
lalu berhasil menangkap pelakunya. Mu‘adz lalu berkata kepadanya: “Siapa
kamu ini?!” Dia menjawab: “Aku adalah setan.” Mu‘adz berkata lagi:
“Kalau begitu, ayo kubawa kau ke hadapan Rasulullah saw..” Dia berkata:
“Tolong lepaskan saja aku; aku tak akan mengulangi perbuatanku ini.”
Mu‘adz pun lalu melepaskannya. Di pagi harinya saat Mu‘adz menghadap
Nabi saw., Nabi bertanya: “Wahai Mu‘adz, bagaimana dengan tawananmu tadi
malam?” Mu‘adz menjawab: “Aku telah melepaskannya.”
Selanjutnya, di malam keduanya ketika Mu‘adz kembali merasakan
gangguannya dan berhasil menangkapnya, setan tersebut kembali minta
dilepaskan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, sehingga
Mu‘adz pun lalu melepaskannya. Di malam ketiganya, ketika Mu‘adz kembali
merasakan gangguannya dan berhasil menangkapnya, setan tersebut kembali
minta dilepaskan dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Namun kali ini Mu‘adz enggan melepaskannya. Setan tersebut lalu berkata: “Tolong lepaskan aku dan sebagai kompensasinya aku akan memberitahukan
kepadamu tentang 1 ayat yang jika engkau membacanya, niscaya kami
(kalangan setan) tidak akan mendekati tempat yang kau bacakan ayat
tersebut padanya.” Setan tersebut lalu memberitahukan bahwa ayat yang
dimaksud adalah Ayat Kursi. Di pagi harinya ketika Mu‘adz menceritakan
hal tersebut kepada Rasulullah saw., beliau lalu bersabda: “Dia (setan)
kali ini telah berkata benar meski dia itu biasanya bertabiat pendusta.”
(HR. Thabrani dalam Al-Mu‘jamul Kabir [20/101/197])
Demikian semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment